Konstruk Religi dalam Sudut Pandang Mustafa Bisri di Era 4.0 Sesuai Pendekatan Semiotika Budaya
Abstract
Abstrak - Konstruk Religi dalam Sudut Pandang Mustafa Bisri di era 4.0 Pendekatan Semiotik Budaya. Tujuan dari penelitian ini adalah membongkar makna religi dalam puisi “Selamat Tahun Baru, Kawan” terutama di era 4.0 menggunakan semiotic budaya. Metode yang digunakan adalah analisis descriptive menggunaka pisau semiotic budaya. Hasil penelitian menunjukan bahwa puisi Gus Mus fokus membahas urusan keyakinan yang menjadi identitas pada bangsa Indonesia yang dikaitkan dengan era sekarang, mengabaikan esensi dan cenderung lebih menunjukkan citra saja dengan memamerkan kegiatan beribadah disosial media agar mendapat pengakuan di kalangan sosial. Selain itu, unsur sosial-budaya yang muncul adalah sentimen sebagai parameter stabilitas sosial dan tujuan yang menjadi arah pergerakan masyarakat. Tidak ketinggalan adalah kekuasaan yang menentukan dan dominasi pada masyarakat, serta ketegangan juga bermain dengan penuturan yang paradoks. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, puisi Gus Mus mengkritik fenomena- fenomena aktivitas sosial-budaya masyarakat Indonesia di era 4.0.
Abstract - Religious Constructions in the Viewpoint of Mustafa Bisri in the 4.0 era through a semiotic cultural approach. This study aims to dismantle the religious meaning in the poem “Selamat Tahun Baru, Kawan” especially in the 4.0 era using semiotic culture. The method used is a descriptive analysis using a cultural semiotic approach. The results showed that Gus Mus's poetry focused on discussing the beliefs that became the identity of the Indonesian people that were questioned by the current era, opposing the essence, and enhancing the image of images only by exhibiting worship activities on social media to get social recognition. Also, not socio-cultural issues that emerge are sentiments as social parameters and goals that are the direction of the community movement. Besides, the power that determines and domination in society, also settlement plays with a paradoxical narrative. It could be concluded. Gus Mus's poetry criticizes the phenomena of the socio-cultural activities of Indonesian people in the 4.0 era.
Keywords - Gus Mus Poetry, Religious Constructions, Semiotic Culture, 4.0 era
Full Text:
PDFReferences
N. Lustyantie, "Pendekatan Semiotika Roland Barthes dalam Karya Sastra Perancis," in Seminar Nasional FIB UI, Depok, 2012.
R. Ida, Metode Penelitian: Studi Media dan Kajian Budaya, Jakarta: Prenada Media Group, 2014.
M. M. Faizetul Ukhrawiyah, "Feminisme dalam Sajak Tkhotibul Mar'ah alMishriyah Karya Bakhisah Al-Badiyah," Diwan, vol. 5, no. 2, 2019.
N. Saptawuryandari, "Analisis Semiotika Roland Barthes dalam Karya Sastra," Kandai, vol. 9, no. 1, 2013.
S. R. Emzir, Teori dan Pengajaran Sastra, Depok: PT. Raja Grafindo Persada, 2017.
DOI: http://dx.doi.org/10.36722/sh.v5i4.407
Refbacks
- There are currently no refbacks.
LP2M (Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat)
Unievrsitas Al Azhar Indonesia, Lt. 2, Ruang 207
Kompleks Masjid Agung Al Azhar
Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru
Jakarta Selatab 12110