Fenomena Penurunan Angka Kelahiran di Jepang Pasca Perang Dunia II Sampai 2012

Yusy Widarahesty, Rindu Ayu

Abstract


Abstrak – Fenomena penurunan angka kelahiran di Jepang telah menjadi perhatian banyak kalangan baik di Jepang maupun diluar Jepang. Sebagai Negara modern yang telah bertransformasi dari negara agraris menjadi negara industrialis telah menghasilkan Jepang dengan ragam fenomena. Penelitian ini sendiri bertujuan untuk melihat bagaimana Fenomena penurunan angka kelahiran di Jepang yang terjadi pasca Perang Dunia II sampai tahun 2012 dengan melihat apa saja faktor-faktor yang melatarblakangi terjadinya fenomena tersebut yang secara khusus dilihat dari sudut pandang Perempuan Jepang

Dari hasil analisis melalui kepustakaan, maka dapat disimpulkan bahwa Modernisasi di Jepang ini telah memberikan ruang transformasi yang positif terhadap pengakuan yang memberikan tempat kepada perempuan Jepang untuk ikut andil menjadi bagian dari modernisasi tersebut. Namun disisi lain modernisasi ditenggarai sebagai penyebab terkikisnya nilai-nilai konvensional Jepang khususnya terkait apa yang disebut dengan keluarga ”ideal”. Alasan rasionalitas yang dikedepankan oleh modernisasi tersebut telah mendorong lahirnya kelompok-kelompok resistensi terhadap budaya tradisional Jepang seperti budaya patriarki Jepang yang sudah mengakar yang kemudian dianggap sebagai bentuk penindasan terhadap kelompok perempuan Jepang.

Fenomena yang terjadi, banyaknya ”career women” yang merasa lebih berani untuk menjalani pilihan hidupnya tanpa harus terkungkung dengan tradisi lama. dari penundaan pernikahan (bankonka), menolak pernikahan (hikonka), memilih tidak punya anak, berhenti pada satu anak (hitoriko), dan masih banyak lagi fenomena yang mewarnai perempuan Jepang masa kini. Idealisasi ideologi ”ookasan gambareron” (ibuu jangan menyerah!!!), dan idealisasi ”good mother” dan ”wise mother” yang merupakan cerminan ideal perempuan Jepang masa lalu menjadi  alasan perempuan Jepang merasa sangat dirugikan dengan pembagian peranan yang terbatas tersebut.

Akibatnya resistensi tersebut melahirkan fenomena penurunan angka kelahiran di Jepang yang secara berturut-turut turun dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2012. Namun pada kenyaataannya resistensi yang dilakukan oleh kelompok perempuan ini melewatkan perhatian masyarakat Jepang kepada peranan laki-laki itu sendiri. Laki-laki yang ditenggarai sebagai kelompok dominan yang tidak memiliki rasa kepekaan terhadap urusan anak dan domestik ini ternyata sesungguhnya juga merupakan kelompok yang menjadi korban dari adanya budaya patriarki itu sendiri. Budaya patriarki yang dilanggengkan merupakan bagian perencanaan kekuasaan setempat untuk menunjang kepentingan negara demi tercapainya modernisasi, yaitu melalui industrialisasi. Berdasarkan pada cita-cita awal dalam mengejar ketertinggalan Jepang dari dunia Barat, maka modernisasi telah berperan dalam membentuk apa yang menjadi habitus dari laki-laki di Jepang masa kini. ”Pahlawan kerah putih” (sebutannya untuk laki-laki Jepang), yang telah membawa Jepang kepada ”miracle economy” ini akhirnya terbiasa dalam kehidupan yang bagaikan ”mechine” yang membuat laki-laki di Jepang tereliminasi dalam kehidupan kesehariannya.

Kaca Kunci – Fenomena, Penurunan, Kelahiran, Jepang


Full Text:

PDF

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


ISSN : 2356-0185

LP2M (Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat)

Universitas AL-AZHAR INDONESIA